KPPL
KONSORSIUM PEDULI PENDIDIKAN LINGKUNGAN
Jumat, 21 Mei 2010
Senin, 17 Mei 2010
Sabtu, 15 Mei 2010
AWAL PERHELATAN
Sejak dilouncing tanggal 15 desember 2009, Bank sampah smp negeri 6 samarinda menuai berbagai liku liku diantaranya kurangnya kepedulian warga sekolah untuk mendukung program bank sampah ini.
Sosiaisasi dilakukan mulai dengan menempatkan bak bak sampah baru yang mudah dijangkau seperti depan tiap tiap kelas, kantin, depan labolatorium, sekitar ruang serbaguna. Poster poster pengingat seperti buanglah sampah pada tempatnya juga ditempel dimana mana. Name board BANK SAMPAH SMP N 6 juga di tempel disudut yang mudah dibaca oleh setiap owarga sekolah yang lewat.
Bulan pertama tak begitu besar respon warga sekolah bahkan penuh dengan gurauan yang menyudutkan seperti ” kurang kerjaan aja”, ”siswa diajari jadi pemulung”, ”direktur bank kok sampah”,”kelas pemulung”,”siswa pemulung” dan sebagainya. Tapi pengurus tetap mencari jalan keluar agar program yang bagus ini tetap berjalan. Dicoba mencari dukungan wali kelas, dengan mengundang seluruh wali kelas untuk diajak berdiskusi mengenai program Bank Sampah Sekolah, disepakati wali kelas membimbing siswanya utuk membawa sampah rumah tangga dari rumag untuk dijadkan kompos di sekoah, juga botol plastik bekas, gelas plastik bekas, koran bekas, bekas refill sabun, dll. Waktu berlalu siswa menerima tugas yang diberikan oleh wali kelas. Karena wali kelas tidak setiap hari masuk kelasnya akibatnya sampahpun menumpuk disudut sudut kelas akibatnya kelas jadi kotor dan tak sedap dipandang mata.
Strategi diubah dengan memberi jadwal di tiap kelas, senin membawa GELAS MINERAL, selasa membawa BOTOL MINUMAN, rabu membawa KALENG SOFTGRINK, kamis membawa koran bekas, jum’at membawa KEMASAN PLASTIK (REFILL) dan sabtu KOTAK MINUMAN respon siswa mulai ada, siswa membawa sendiri sampah yang tertumpuk dikelasnya ke petugas pencatat di bank sampah dan hari hari berikutnya tanpa ditumpuk dikelas tapi langsung di kumpulkan dan dicatat di lokasi pengumpulan bank sampah, hari berlalu siswa jumlah pengumpul mulai menurun petugas pencatat menunggu setiap hari sampai kebosanan kerena hanya beberapa siswa yang datang, menurunnya jumlah ini dikarenakan siswa dapat ejekan dari siswa lainnya seperti ” siswa pemulung” atau ” kelas pemulung”>.
Rencana diubah lagi guna menarik perhatian siswa maka dibuat sebuah kartu pencatat yang dibagikan dan dipegang siswa, petugas pencatat membagikan ke kelas kelas sambil memberi motivasi seperti dari catatan ini nanti terlihat siapa yang rajin dan banyak mengumpul akan mendapat imbalan uang dari setiap setorannya dan mendapat nilai yang akan ditulis dalam raport sebagai bagian dari nilai keterampilan karean memang sebagian botol botolnya dimanfaatkan sebagai bahan keterampilan, juga catatat nilai seabagai siswa yang peduli terhadap lingkungan dan penghargaan lain yang akan diberikan diakhir semester. Strategi terkhir mendapat respon positif yang besar dari siswa hampir setiap hari di jam istiraha siswa mengunjungi tempat penyimpanan dan mencatatkan bawaannya di Bank Sampah Sekolah. Dan seperti tak peduli lagi walaupun dijuluki siswa pemulung oleh teman temanya yang enggan mendukung program ini, disisi lain mungkin yang kuran enak di dengan dan memang tak pantas di ucapkan yaitu panggilan ibu sang pencatatat, setiap kali siswa ingin mencatatkan bawaannya dan kebetulan ibu petugas pencatat belum di tempat maka siswa mencari dengan menanyakan kepada siapa saja yang ia temui denga kalimat ” kamu tau dimana ibu sampah” maksudnya ”ibu pentugas pencatat Bank Sampah”
Label: sampah